Idrus: Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

Idrus: Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

Sabtu, 24 Mei 2025

Idrus dan Pramoedya Ananta Toer

Awalnya, saya sangat penasaran siapa Idrus yang disebut Pramoedya Ananta Toer sebagai "guru besar"-nya. Pram—sastrawan Indonesia yang pernah dinominasi menerima Hadiah Nobel itu—yang tulisannya dikagumi banyak orang, menganggap Idrus adalah "seorang stylist yang tak tertandingi". 


Bahkan, Pram (panggilan akrab Pramoedya Ananta Toer) mengatakan bahwa ia sewaktu dipenjara oleh Belanda pada 1947 di Bukitduri, ia mempelajari tulisan-tulisan Idrus. 


“Aku ini pengagum Idrus. Di Bukitduri tulisan Idrus aku pelajari: kata demi kata!” kata Pramoedya Ananta Toer.


Saking penasaran dengan Idrus, saya mencoba mencari tahu informasi tentang Idrus ini. Ternyata Idrus inilah pengarang buku—yang lazim disebut novel—berjudul Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Novel ini merupakan karya sastra yang dipelajari di sekolah-sekolah di Indonesia, di samping karya-karya sastra lainnya seperti Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai karya Marah Rusli, Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, dan lain-lain. 


Saya sudah mendengar novel Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma ini semenjak SMP, kemungkinan SD. Tapi dulu saya tak tertarik dengan novel ini. Dan saya tak menaruh minat pada sastra.


Kecintaan saya pada sastra muncul setelah membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer, terutama novelnya Bumi Manusia dan tiga novel berikutnya: Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca


Tentang novel Idrus berjudul Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, saya baru termotivasi memiliki dan membacanya, setelah mendengar pujian Pram terhadap Idrus. Idrus digambarkan oleh Pram sebagai sosok penulis yang luar biasa. 


Akhirnya, saya bacalah karya Idrus, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Ternyata, memang luar biasa tulisan-tulisan Idrus. Wajarlah Pram menganggap Idrus sebagai "guru besar"-nya. Dan jika diperhatikan, Pram sepertinya banyak meniru gaya tulisan Idrus. 


Ketika membaca tulisan Idrus, saya kadang merasa sedang membaca novel-novel Pram. Karena gaya bahasanya yang hampir-hampir mirip. Dan saya yakin Pram memang banyak terpengaruh style penulisan Idrus. 


Lantas, apa sebenarnya maksud judul Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma? Novel ini bukanlah sebuah tulisan utuh, tapi merupakan kumpulan cerita pendek. Jadi, maksudnya: di mulai dari cerita pendek berjudul "Ave Maria" dan di bagian akhir adalah cerpen berjudul "Jalan Lain ke Roma". 



Novel ini mengandung banyak pelajaran dan inspirasi. Idrus merekam dengan baik kondisi sosial Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Di dalamnya ada kritik sosial, sindiran cerdas dengan gaya kocak yang bisa membuat kita tertawa sendirian, kata-kata heroik yang dapat menggugah sikap kritis dan kesadaran perlawanan terhadap penindasan. Ia juga bicara tentang keberanian menghadapi hidup. Juga tentang kejujuran. Juga kebenaran. Juga keadilan. 


Saya menganggap novel ini sangat penting dibaca siswa-siswi kita di sekolah-sekolah, termasuk di perguruan tinggi, untuk menggugah sikap kritis, memperkaya jiwa, agar lebih memahami dan menyelami persoalan kehidupan manusia dan sejarah Indonesia. Karena, kata Prof Bambang Sugiharto, hidup ini tidaklah sesederhana yang dijelaskan oleh sains atau ilmu pengetahuan. 


Idrus lahir di Kota Padang pada 21 September 1921. Kekhasan gaya penulisannya membuat H.B. Jassin menobatkan Idrus sebagai pelopor Angkatan '45 di bidang prosa. Tapi Idrus menolak penggolongan itu. 


"Di rumah, Open berpikir. Redaktur itu berkata, karanganku tai kebo. Ya, betul tai kebo. Kelihatannya jelek, tetapi jika dipakai sebagai pupuk, dapat menyuburkan kehidupan pohon-pohon. Dan pohon-pohon itu adalah bangsa Indonesia yang sedang tidur dengan nyenyaknya." Itulah sedikit kutipan dari karangan Idrus berjudul "Jalan Lain ke Roma", hlm. 163.


Open adalah nama tokoh dalam "Jalan Lain ke Roma". Tulisan Open—yang mungkin tulisan Idrus sendiri—disebut "tai kebo" dan ditolak diterbitkan oleh redaktur sebuah media massa ketika itu, karena berisi kritikan tajam terhadap prilaku para penjajah terhadap bangsa dan rakyat Indonesia. Tulisan Idrus memang bertujuan membangunkan bangsa Indonesia yang sedang tertidur lelap untuk bangkit melawan segala bentuk hal yang bertentangan dengan kemanusiaan, keadilan, kebaikan, kebenaran. 


Nani Efendikritikus sosial, aktivis, dan penulis



Ingin Opini Anda Dibaca?
Ingin Opini Anda Dibaca?
Kirim Tulisan Anda lalu dapatkan kesempatan untuk diterbitkan di Website Kami.
Kirim